Buku ini ditulis oleh Sinta Bella, perempuan muda (20/10/1998) asal Jember Jawa Timur yang sedang menempuh pendidikan doctoral di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Selain aktivitas akademis sebagai mahasiswa dan wakil ketua III STAI RAYA Jember. Dirinya juga aktivis PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) yang sedang mengemban amanah struktural di PMII Jawa Timur. Sebelumnya ia menerbitkan dua buku solo, antologi Puisi berjudul “Luka Pertiwi” dan antologi opini berjudul “PER-EMPU-AN dalam Pengabdian dan Perjuangan Kemanusiaan.”
Sebagaimana irama tema buku sebelumnya, buku ketiganya tidak jauh berbeda. Pada buku ketiga ini Sinta Bella bercerita tentang bagaimana menjadi manusia yang beragama dan bernegara. Perjalanan akademis dan aktivisnya menjadi sumbangsing besar hadirnya buku ini. Di mana sering datang pertanyaan kepadanya, “Mbak, kalau saya sudah purna jabatan di organisasi A, setelah ini saya harus ngapain dan kemana?” Seperti seakan fungsi kita sebagai manusia bergantung pada posisi dunia. Berangkat dari pertanyaan tersebut dan banyaknya kasus di mana manusia terjebak pada fungsi sebab posisi duniawi. Padahal manusia sudah dibekali posisi yang hakiki dari Sang Ilahi, yaitu ‘abdun dan kholifah fil ardh. Apabila kesadaran posisi ini dimiliki, maka manusia hidup di buminya Allah tidak akan pernah kekurangan garapan. Sebab, segala kerusakan adalah tanggung jawab pemimpin-Nya di dunia.
Manusia, terlalu takut apa yang dilakukan bukanlah hal besar dan tidak diakui manusia. Manusia sibuk cari muka di depan manusia, tetapi kerap lupa untuk cari muka di hadapan Tuhan. Sehingga, versi kebaikan perspektif manusia yang diupayakan bahkan cenderung menghalalkan segala cara untuk mendapatkan. Dalam konteks menghadapi problem duniawi ini, selain Rasulullah sebagai sumber teladhan yang paripurna, Sinta menempatkan orang tua dan guru di hati dan pikirannya. Termasuk guru yang tidak pernah dijangkaunya secara raga dengan mata. Tetapi kerap bertemu dalam jiwa dan pemikiran yang sama, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Bagi Sinta beliau adalah Bapak Pemimpin Tanpa Jabatan, di mana masanya tetap eksis meski tidak lagi di dunia. Beliau, tetap memimpin dengan gagasannya.
Buku ini terdiri dari 32 judul, selain membahas konsep, Pemimpin Tanpa Jabatan juga menyuguhkan cerita nyata tentang pentingnya manusia memaknai diri sebagai pempinnya Allah di dunia. Adanya masalah yang belum terjangkau oleh pemimpin dengan jabatan, maka pemimpinnya Allah ini harus ambil bagian. Secara keseluruhan, buku ini adalah cerita hasil refleksi Sinta Bella dari pengalaman dan bacaan. Disajikan dengan bahasa yang ringan dan santai, sehingga sangat cocok dengan generasi yang sudah tidak lagi dekat dengan buku. Pemimpin Tanpa Jabatan diupayakan hadir di depan pembaca adalah agar dapat berkontribusi dalam revolusi pemikiran. Memaknai diri sebagai sebaik-baiknya hamba dan pemimpin di dunia.